Khotbah Injil Lukas 24:1-12 “Kebangkitan Yesus” Tema: Paskah tidak berhenti di Yerusalem
Tema : Paskah tidak Berhenti di Yerusalem
Bacaan : Lukas 24:1-12 "Kebangkitan Yesus"
Waktu Baca : 7 Menit
Shalom, Damai di Hati ….
Memulai khotbah ini dengan sebuah
cerita.
Dr
Alexander, lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Duke, Tinggal di Rumah
Sakit umum Massachusetts dan Harvard. Selama lima belas tahun di Fakultas
Kedokteran Harvard. Sudah tak terhitung banyaknya ia mengoperasi otak, penulis
lebih dari 150 bab dan artikel untuk publikasi medis. Melakukan presentasi
lebih dari 200 konferensi kedokteran di seluruh dunia.
Apakah kita dapat menyangka bahwa, ia
yang adalah ahli bedah otak mengalami gagal otak? Tentunya tidak. Ironisnya Dr
Alexander juga bukanlah orang yang rohani. Ia Seorang yang realistis dan menggunakan
peralatan kedokteran modern untuk menyembuhkan orang. Apakah menjadi realistis
dan menggunakan peralatan kedokteran itu salah? Tentunya tidak. Tetapi saya
yakin pembaca paham maksud kalimat bukanlah orang yang rohani.
Iapun (Dr itu) pun terkejut dengan
apa yang dilihatnya di saat koma. “ledakan cahaya, warna, kasih dan keindahan
menerpa dia seperti gelombang yang melanda. Tampaknya tidak ada jarak sama
sekali di antara Allah dan saya sendiri” katanya. Mungkin kita berpikir, apa
yang terjadi? Di saat yang sama, Doa sedang terjadi. Mungkin dia tidak rohani
tetapi keluarga dan teman-temannya berbeda. Di saat kritis sang dokter, pendeta
memanggil teman-temannya dan keluarganya untuk berdoa.
Nama Lukas muncul kurang lebih tiga
kali dalam Alkitab. Penyebutan namanya berkaitan dengan profesinya yaitu
sebagai tabib atau dokter. “Tabib Lukas” mungkin seperti itulah orang-orang
memanggil namanya. Lukas yang adalah seorang dokter dikenal bukan hanya karena
ia seorang dokter tetapi juga karena ia menulis dua kitab dalam Alkitab
Perjanjian Baru yaitu Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul. Ada sumber yang
mengatakan bahwa bahasa Yunani yang digunakan dalam injil Lukas adalah yang
paling baik di dalam Alkitab Perjanjian Baru. Di sisi lain Lukas dikenal
sebagai rekan kerja Paulus. Kita tidak tahu secara pasti kapan ia menjadi
Kristen tetapi ia menulis (oleh tuntunan Roh Kudus) yang indah tentang
kebangkitan Kristus.
Dalam kesaksian Alkitab ada beberapa
orang yang bangkit dari kematian seperti Lazarus, Anak Perempuan Yairus dan
beberapa orang lagi. Tetapi mereka kemudian mati kembali, berbeda dengan Yesus.
Ia disalibkan, Mati, Bangkit dan tidak pernah mati lagi. Inilah kabar sukacita
itu.
Pagi-pagi
benar para perempuan itu pergi ke kubur Yesus. Perempuan-perempuan itu adalah
Maria dari Magdala, Yohana, Maria Ibu Yakobus dan perempuan-perempuan lain.
Semua Injil memberikan keterangan yang sama bahwa Pagi-pagi benar. Ada
apa dengan pagi ini? Ada apa dengan subuh ini?
Pagi menandakan hari yang baru, secara
simbolis menandakan harapan baru dari gelapnya malam, tanggung jawab dalam
kerja, semangat baru untuk berkarya, dan kemenangan Kristus yang memberi harapan
baru.
Ketika kabut pekat masalah dan gumul
kita, Paskah Kristus memberi harapan baru, ada kemenangan dalam kebangkitanNya.
Paskah pertama terjadi di Mesir dalam zaman Musa dalam kemelut penindasan dan
Paskah Kristen perdana dalam ketakutan dibalik bayang-bayang Romawi dan ketidak
percayaan sebagian besar orang Yahudi. Ketakutan itu membawa orang Kristen perdana
dalam kecintaan yang besar kepada Yesus. Lihat bahwa mereka datang pagi-pagi
benar membawa ramuan-ramuan yang telah mereka siapkan sejak malam. Sejak malam mereka
telah bersiap. Masalah soal batu yang berat tidak menjadi halangan.
Batu yang menutup kubur? Apa itu?
heheh 😊 orang Manado bilang ”Cuma baku
sedu katu” . Perempuan ini yang menguburkan mayat Yesus pasti tahu dengan
benar bahwa ada batu yang menutupi kubur itu dan bahwa pasti berat. Tetapi itu
tidak menghalangi rasa cinta mereka kepada Yesus. Mau hadir di ibadah paskah,
ada hujan tidak menghalangi. Ada ibadah bersamaan dengan ada reunian
teman-teman sekolah, tidak menghalangi datang ibadah. Ada ibadah di hari Minggu
tetapi pekerjaan terlalu padat, tidak menghalangi. Kristus tahu kerinduan orang
percaya yang selalu rindu menyembah-Nya.
Tidak
ada apapun yang dapat menghalangi kita dalam merefleksikan cinta-Nya. Tantangan
pasti ada tetapi tidak akan pernah menggurangi rasa cinta kita kepada Kristus
yang mati dan bangkit itu.
Pada hari Minggu Dr Alexander itu bangun
dari komanya. Pada hari pertama minggu itu (ayat 1), beberapa dari kita
bertanya hari apa itu?. Jawabannya, Hari Minggu. Hari ketujuh sebagai hari
sabat bagi orang Yahudi (hari sabtu) dan hari pertama adalah hari minggu, hari
ini dirayakan oleh orang Sebagian besar orang Kristen untuk beribadah. Kata
Minggu berasal dari bahasa Portugis Domingo. Kata ini erat dengan
hubungannya dengan istilah latin Dies Dominicus, yang berarti “hari
Tuhan”. Jadi bukan seperti bayangan kita “Sunday” sun = Matahari dan day
= hari berarti “hari matahari” bukan seperti itu. Memang di segala abad
teologi erat kaitannya dengan konteks (situasi).
Di seluruh dunia, hari Minggu selalu
menjadi tanggal merah untuk kalender Masehi, semua orang diseluruh dunia merayakan. Ada ruang yang Allah berikan untuk
orang percaya, menyembah-Nya di hari minggu tetapi setiap hari menjadi
penyembahan kita kepada-Nya. Tidak berhenti sebagai penyembah tetapi juga
sebagai saksi dan pekabar Injil.
Para perempuan ini teringatlah
akan perkataan Yesus. Lawan kata ingat adalah lupa. Malaikat itu
menggingatkan apa yang telah Yesus katakan. Kita kadang lupa akan pengharapan
kita. Pengharapan kita kepada Sang Hidup yang memberi kehidupan. Jika Ia
tidak hidup sia-sialah kepercayaan kita. Kristus bangkit, semua kita pasti
tahu. Tapi sudahkah kita bangkit dari keterpurukan? Sudahkah kita bangkit dari
jurang dosa? dan sudahkah kita mewartakan Sang hidup itu, yaitu Kristus?
Mengapa Paskah tentang Kebangkitan
Kristus tidak berhenti di Yerusalem? Dengan akses internet dan komunikasi yang
terbatas saat itu dapat sampai di telinga kita hari ini? Semua terjadi sesuai
kehendak-Nya tetapi Ia juga memakai orang-orang percaya untuk mewartakan
tentang kebangkitan-Nya.
“Ah so rohani sekali”, Rupa tuh
betul-betul jo, ungkapan-ungkapan yang kerap diucapkan. Sebaliknya, sementara
beberapa orang bercerita tentang pemain bola favorit, tiba-tiba seseorang
berkata “Kristus sudah bangkit”, ia sih tidak mengapa tetapi konteks dalam
menyampaikan juga penting. Berapa banyak orang yang kita anggap "ah bukan Kristen kwa dia", "ah memang so bgitu dorang". Ketika hidup kita terfokus pada Tuhan kitapun akan
mengasihi sesama dan melakukan yang terbaik untuk menjaga ciptaan Tuhan. Lewat profesi
kita menjadi saksi-Nya, lewat tindakan kita menjadi saksi-Nya, lewat perkataan
kita menjadi saksi-Nya dan lewat apapun, sekecil apapun kita bersaksi untuk
Kristus yang Mati dan Bangkit itu.
Kristus sudah bangkit. Haleluyah.
AMIN.
Komentar
Posting Komentar