“The World Is Not Our Home” : Suatu Perenungan Menghadapi Kematian
“The World Is Not Our Home”
Dunia
ini bukanlah rumah kita
Suatu
perenungan menghadapi kematian.
Mengawali tulisan ini saya ingin
mencantumkan lirik lagu dari Laura Story yang berjudul Blessings. Kalimat-kalimat
dalam bait lirik lagu ini merupakan alasan penulis menulis tentang tema ini.
Berikut sepengal lirik dalam bait lagunya:
We pray for blessings,
we pray for peace, comfort for family, protection while we sleep, we pray for healing,
for prosperity.
We pray for Your
mighty hand to ease our suffering…
Cause what if Your
blessings come through raindrops
What if Your healing
comes through tears
What
if a thousand sleepless nights are what it takes to know You’re near
What if trials of
this life are Your mercies in disguise
We
pray for wisdom, Your voice to hear
We
cry in anger when we cannot feel You near
We
doubt Your goodness, we doubt Your love
As
if every promise from Your Word is not enough
Terjemahan :
Kami berdoa untuk berkat, kami berdoa untuk
kedamaian, kenyamanan untuk keluarga, perlindungan saat kami tidur. Kami berdoa
untuk kesembuhan, untuk kemakmuran.
Kami berdoa untuk
tangan-Mu yang perkasa untuk meringankan penderitaan kami……
Karena
bagaimana jika berkatmu datang melalui tetesan hujan
Bagaimana
jika kesembuhan-Mu datang melalui air mata
Bagaimana jika seribu malam tanpa tidur adalah
waktu yang diperlukan untuk mengetahui bahwa anda sudah dekat
Bagaimana
jika cobaan hidup ini adalah belas kasihan-Mu yang terselubung
Kami
berdoa untuk kebijaksanaan, suaraMu untuk didengar
Kami
menangis dalam kemarahan ketika kami tidak dapat merasakan-Mu dekat
Kami
meragukan kebaikan-Mu, kami meragukan cintaMu
Seolah-olah
setiap janji dari Firman-Mu tidak cukup.
Saya berdoa, anda berdoa dan kita semua berdoa. Kita berdoa untuk apapun. Bahkan hanya untuk mesin cuci yang rusak kita berdoa. Berdoa untuk motor yang mogok. Berdoa untuk makanan yang kita makan. Berdoa untuk kesembuhan. Berdoa untuk berkat dari-Nya. Kita berdoa untuk umur panjang di dunia ini. Intinya kita berdoa.
Lalu apakah semua doa kita terjawab? Ya, terjawab, belum, tidak sama sekali. Apakah kita berhenti berdoa? Tidak. Kita tidak berhenti berdoa walaupun keadaan tersulit dan terpahit sekalipun. Salah satu keadaan itu adalah kehilangan orang yang kita sayangi. Kadang kita merasa ingin marah dengan keadaan. Keadaan tidak terlalu adil untuk kita. Kehilangan orang yang dikasihi sangatlah menyakitkan. Tetapi izinkan saya mengatakan ini:
The world is not our home. (Dunia
ini bukanlah rumah kita)
Mungkin dari tulisan ini timbul
pertanyaan, bukankah rumah yang kita tinggali saat ini adalah rumah kita? Bukankah
dunia ini adalah rumah kita? Bukankah untuk alasan itu kita merawat dan
menjaganya? Memang benar kita diberi mandat untuk menjaga dan merawat bumi.
Menurut penulis bumi dan dunia adalah dua hal yang sama tetapi dengan sedikit
perbedaan. Bumi mengacu kepada tempat tinggal manusia di dunia (planet)
sedangkan dunia mengacu semua hal yang ada di bumi. Dari ketiga ayat ini, mari
kita melihat posisi kita di dunia ini.
Yohanes
15:19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai
miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
Yohanes
17:14 Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka,
karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Yohanes
17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Menarik
ketika melakukan pencarian di Alkitab Perjanjian Lama tentang kata dunia,
banyak mengarahkan kepada dunia orang mati (bnd Kej 37:35, 42:38, Bil 16:30, 1
Sam 22:6, Ayub 7:9 dsb).
Ternyata kehidupan di dunia itu
dekat dengan kematiaan. Ziarah kita pasti selesai di dunia ini. Anehnya lagi sementara
menulis tema ini, saya merasa waktu saya sudah dekat. Yah, walaupun begitu saya
masih berharap hidup lebih lama. Tetapi siapa yang tahu? Kapan waktunya di
dunia ini berakhir. Semuanya tidak dapat menetapkan dengan tepat waktunya di
dunia. Tidak seorangpun dapat menambahkan sehasta dalam jalan kehidupannya.
Hari ini atau kemarin mungkin waktu
dari orang yang kita kasihi. Mungkin besok adalah waktu kita. Semua dalam pengaturan
waktu-Nya. Walaupun Allah tidak terikat waktu manusia tetapi Dia dapat
mengendalikan waktu manusia. Allah itu juga dapat mengendalikan kehidupan
manusia. Dia yang berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia.
Bersedih, yah tidak mengapa
bersedih. Bersedih kehilangan orang yang sangat dikasihi. Bersedih karena luka
yang dalam. Banyak yang coba mengatakan ini: “jangan bersedih, orang percaya
tidak boleh bersedih”. Rasa sangat tidak setuju dengan kalimat itu. Apa yang
salah dengan bersedih. Diluar sebagai orang percaya, toh kita juga manusia. Jangan
mengekang kemanusiaan kita dengan embel-embel orang percaya. kita bersedih
karena itu menyakitkan. Saya ingin mengatakan ini: Silakan bersedih, silakan
menangis jika memang ini terlalu berat bagi anda. Tidak apa-apa untuk menangis.
Tetapi ingat walaupun Meratap tetapi tetap berharap. Berserah bukan
berarti menyerah.
Dunia ini bukanlah rumah kita. Semua
akan berpulang kembali. Kembali dalam rangkulan Allah itulah kerinduan kita. Kematian
bukanlah akhir dari segalanya, kematian adalah jalan menuju kehidupan yang
tidak pernah berakhir.
Komentar
Posting Komentar