Refleksi Tentang Paskah "Injil Lukas 24:1-12" Penulis : Satryan Y. Y. Najoan
Penulis : Satryan Y. Y. Najoan
Injil Lukas 24:1-12
Pergerakan waktu yang terus berputar menghantar gereja kembali merayakan Paskah Kristus. Paskah pada dasarnya adalah suatu perayaan keagamaan Yahudi yang diperingati ketika Allah menuntun umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Namun orang Kristen merayakan Paskah, ketika memperingati Yesus Kristus yang bangkit setelah mengalahkan maut. Kontroversi akan kebangkitan Kristus sudah ada ketika kesaksian tentang Kabar Baik itu mulai di beritakan, pertanyaan dan keraguan seakan mengganggu logika dan rasio pendengar ketika para rasul membritakan tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. Hal ini juga yang terjadi pada mimbar gereja dewasa ini, para pengkhotbah terus terpusat pada pembuktian akan kembangkitan Kristus dari maut.
Setelah
pengangkatan narasi Hawa, kisah perjuangan Rut, Maria ibu Yesus serta kisah
tentang tokoh dan peran perempuan lainnya dalam kitab suci. Pengangkatan
derajat perempuan atas praktik partriakh dalam dunia kembali digaungkan, ketika
para perempuanlah yang pertama kali melihat Yesus bangkit setelah mengalahkan
maut (dibaca : dosa dunia). Perempuan sering mendapat diskriminasi sebagai
manusia lemah dan tidak berdaya, maka dari itu para rasul yang seluruhnya
adalah laki-laki meragukan informasi dari para perempuan yang menemui kubur
kosong, bahkan Petrus langsung bergegas pergi untuk memastikan keabsahan dari
berita yang disampaikan Perempuan-perempuan itu. Nyatanya perempuan memiliki
tempat yang sama dan derajat yang tidak kalah dibandingkan laki”, hal itu
membuktikan bahwa perempuan juga dapat berkarya dan membuktikan
eksistensinya sesuai dengan maksud Allah menciptakannya, sebagai penolong yang
sepadan.
Nyatanya
Yesus benar telah bangkit, apakah jemaat terus membutuhkan pembuktian
kembangkitan itu? Penghayatan dan perayaan akan Paskah yang relevan adalah
ketika manusia menyadari bahwa manusia harus juga bangkit atas dosa. Pemulihan
atas dosa adalah tujuan dari karya selamat, ketika manusia yang mempercayainya
masih tenggelam keberdosaan maka sia-sialah kebangkitan Kristus atas maut!
Memanglah
sangat naif untuk berkata “saya tidak akan berbuat dosa lagi!” namun bangkit
atas dosa bukan hendak membuktikan bahwa manusia tidak akan pernah berbuat dosa
lagi, tetapi hal ini lebih terarah pada kesadaran manusia bahwa ada yang Tidak
berdosa namun dengan rela menanggung dosa seluruh dunia.
PERAYAAN PASKAH BUKAN UNTUK TERUS
MEMBUKTIKAN YESUS TELAH BANGKIT, NAMUN UNTUK MENYATAKAN KEPADA MANUSIA KASIH-NYA
YANG TAK TERHINGGA KEPADA SEISI DUNIA, AGAR MANUSIA DAPAT MENGASIHI SESAMA
ATAUPUN YANG BERBEDA SERTA BANGKIT ATAS DOSA!
Tentang
Penulis : Banyak terlibat dalam organisasi Mahasiswa. Pernah menjabat sebagai
Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2018-2019. Saat ini sebagai Vikaris
Pendeta GMIM dan mendapat peringkat dua dalam seleksi penerimaan Vikaris
Pendeta.
Komentar
Posting Komentar